Selasa, 18 Maret 2014

Dwie Achmad

Lembayung senja_

Cinta memang indah, 
tetapi tidak semua hal yang berkaitan tentang cinta akan berakhir dengan indah.
Adakalanya hubungan yang kita jalin dengan orang yang kita cintai tidak berjalan sesuai kehendak kita, dan akhirnya ketika hubungan tersebut terpaksa diakhiri kita-pun merasakan sakit akibat patah hati. 
Ketika patah hati, orang-orang cenderung menikmati sesuatu yang berbau patah hati juga, semacam mencari pelarian dengan bersendu-sendu ria. 
Membaca atau membuat Puisi Patah Hati juga salah satu kegiatan yang digemari oleh orang yang sedang patah hati. Puisi digunakan sebagai media untuk menyalurkan seluruh perasaan sakit yang terpendam, agar seluruh dunia tau bahwa aq sedang patah hati.


Puisi Patah Hati Terbaru



Hari demi hari terus berlalu melewati siang dan malam
Hingga tak terasa aroma nostalgia kembali bersemi dan
mewangi mengharumi bulan November ini.
Ya… bulan yang telah banyak menyimpan angan dan kenangan
Bersamamu. Ingatkah kamu?

Wahai yang kurindu;
Ketika pertama kali kita bertemu, berjanji dan bersatu.
Seakan dunia ini hanya milik kita berdua,
Seakan alam pun berdendang ria, memandang kita ceria
Bahkan aku sempat berfikir bahwa aku terlahir ke dunia ini
Hanya untuk membuatmu bahagi, ya…membuatmu bahagia!
Sehingga apapun yang kamu inginkan,
Aku selalu berusaha keras agar dapat memberikannya,
meski terkadang harus ku korbankan segenap jiwa ragaku,
meski aku harus menderita, kecewa, dan luka!
Ya… sekalipun langit mendung, gelap malam untukku.

Wahai belahan jiwaku, masih ingatkah kamu?
Ketika kita bernyanyi bersama di sore itu,
Kau tersenyum mesra padaku. Mungkin itu,
Senyum pertama dan senyum termanis yang pernah kulihat
Seakan hasratku merekah dan hatiku tergugah untuk
Membelaimu dibawah naungan gemerlapnya bintang-gemintang,
Dan indahnya sinar bulan. Ingatkah kamu?
Ketika kita makan malam bersama di malam itu,
kau menatapku dengan sorot matamu yang berbinar.
Sepertinya bias bening bola matamu mampu
merubah gelap gulitanya malam menjadi fajar yang cerah.
Dan disitu pula, Kuberikan serangkaian bunga-bunga indah
sebagai tanda kasih sayangku padamu, ingatkah kamu?

Wahai Sariku, itu hanya seberkas kenangan manisku
Yang masih terkemas rapi dalam setiap ingatanku
Meski terkadang aku harus sedih, jerih dan letih
mengikuti liku hidupku, tapi seberkas kenangan manis kan terkenang slalu
Sariku, semua ini hanyalah puisi penghibur kalbu
yang mungkin dapat melebur keruhnya suasana di
batinku, yang kini tengah pilu meratapi kisah cintaku,
bersamamu.
Entah apa yang bakal terjadi lagi?
yang tersirat dalam garis tanganku
Akau hanya bisa berdo’a, semoga Tuhan
mendengar keluhan dan harapanku. Wahai Sariku,
semua ini hanyalah kata-kata, tapi ini lebih indah
dari bintang-bintang di angkasa.
Ya…ketika seberkas kenangan manisku teringat kembali olehku,
dlm 11 November itu, yang mungkin akan menjadi kelabu…








PESONA BUNGA YANG SIRNA

Tangisan dari harapan
dan goresan dari ingatan,
kini menjelma kembali di lubuk hati.
Ya...ketika pertama kali aku mengagumi
kepolosan dan kemurnian dari setangkai bunga yang wangi.

Dua musim kulalui bersamanya dalam ikatan janji
saling menyayangi. Siang dan malam pun kunikmati
seiring dengan warna-warni bumi.
Wanginya yang khas senantiasa hiasi
hari-hariku menjadi jauh lebih berarti.
Oh…betapa bahagianya hati ini.

Namun, seiring dengan waktu berlalu.
Rasa sayangku pada bunga itu perlahan-lahan memudar.
Segala corak dan warna yang dulu sempat kukagumi pun seketika sirna.
Karena dia. Ya...karena dia telah mengkhianati janji
dan kesetiaan yang selama ini kukemas rapi dalam hati.
Sunggguh aku tak mengerti. Betapa mudahnya ia melepas diri
setelah sekian lama aku merawat dan menjaganya sepenuh hati.

Aku tak mampu menahan pedihnya luka ini.
Hingga akhirnya aku pasrah diri. Dan berjanji
untuk meninggalkannya. Karena tak mungkin,
tak mungkin aku menghirup kembali
aroma bunga yang sudah tidak wangi lagi.
Tak mungkin aku bisa menjamah lagi
tangkai bunga yang sudah dipenuhi duri.

Mugkin suatu saat nanti dia akan mengerti,
dia akan menyesali atas durinya yang telah menyakiti.
Itupun jika ia masih memiliki hati nurani.
Dan, andai saja nanti
Aku menemukan kembali bunga yang wangi,
Kuharap corak dan warnanya jauh lebih berarti.
dan wanginya kan slalu abadi dalam hati.

Copyright © Dwie Achmad
http://mafiazhine.blogspot.com/

Senin, 03 Februari 2014

Kebun tretes

Some one

Semoga hari ini.
Hatimu secerah hari ini.
Secerah matahari brsinar.
Langkah yang kau tapak selalu bawa kebahagiaan.

Biarkn musim brganti.
Tinggalkan kesan yang mendalam.
tak mudah dilupakan dari mata jernihmu yg berkaca.

Lihat aku..
Yg selau bisa bca pikiranmu.
Mengisi jiwamu.
menyapamu menghias hari2mu.

Lihat senyumku...
Dengarkan suaraku...
Akan teduhkan jiwamu.
Karena aku mencintamu dengan kesungguhanku.

Rindu adalah tali yang tak pernah putus
Merentang di tiang hati, di tiang mimpi
Kadangkala di singgahi burung yang mengelakkan kabut
Pada pagi dingin yang mengaburkan sinar matahari

Rindu adalah tiang yang tak pernah tumbang
Tegak dilorong kehidupan, disepanjang labuh usia
Disitu tergantung lampu kenangan dan ingatan
Biarpun hari semakin tua dan kelam sudah bermula

Rindu adalah lorong yang tak pernah tertutup
Dari musim ke musim ia menjadi laluan
Pengembara yang mencari cintanya yang hilang
Disitu rumput yang telah lama bertukar warna
Bunga dan daun silih berganti segar dan kuncup

Rindu adalah musim yang tak pernah tentram
Resah datang gelisah berulang mengusik nasib
Hanya dzikir dan do’a menjadi penawar mereda pedih dan sakit

Dan sesekali puisi menjadi nyanyian yang mengharukan
Dalam senyap air mata perlahan-lahan menitik
Rinduku yang tersisa hanya untukmu slamanya

andaikan kau tau kesunyian dan ksedihan yg mngiringi Q hanya lantaran hatiku yang terbelenggu oleh bayang2 mu..aq berharap kau dan aq akan bersatu utk slamanya...



                                                                     Copyright dwie achmad© Biru_ donkerz